KEMATIAN

Oleh : Zaldy Munir

4MENGAPA seseorang selalu menyesali perpisan? Padahal bukan perpisahanlah yang harus kita sesalkan, tetapi pertemuan. Tidak akan ada pertemuan kalau tidak ada perpisahan. Perpisahan yang kadang membuat orang bahagia, perpisahan yang kadang membuat orang sedih. Sedih karena kehilang seseorang. Seseorang yang sangat kita cintai dan sayangi.

Itulah kiranya yang saya alamai ketika saya ditinggalkan oleh orang yang saya sayangi. Orang itu adalah Kakek dan Sahabat saya, Rendi. Walau bagaimana pun kematian Kakek dan Sabat saya itu membuat sedih. Sedih karena ditinggalkan oleh kedua orang yang sangat saya cintai.

Kakek saya banyak mengajarkan kepada saya tentang arti kehidupan, perjuangan dan pengorbanan. Sedangkan sahabat saya, Rendi adalah seorang yang membut saya dapat belajar memahami tentang arti kasih sayang dan cinta. Cinta pada seseorang dan cinta pada Sang Pencipta.

Meninggalnya Kakek dan Sahabat saya mambuat kita sadar akan sebuah kematian. Bahwa hidup di dunia ini tidak ada yang abadi. Semua akan mati, kecuali Allah Tuhan Semesta Alam. Dan kehadirannya pun tidak pernah terprediksikan. Seseorang yang kita sayangi, seseorang yang kita cintai, pasti suatu saat nanti atau cepat atau lambat mereka akan meninggalkan kita. Hanya saja, kita tidak tau kapan mereka akan mati.”

Setiap diri sesungguhnya menyadari bahwa kematian adalah milik kita semua, yang Allah berikan sebagai bagian dari paket kehidupan tanpa kecuali. Dan kehadirannya yang tak bisa diprediksi semestinya justru dianggap sebagai karunia Allah untuk “mengikat” manusia senantiasa berada pada level siaga.

Kita memang sering kali terlena dengan dunia, dan mengira masih memiliki banyak waktu, kesempatan untuk memperbaiki diri, nanti dan nanti. Kita selalu berpikir bahwa kematian tak akan datang hari ini dan hanya terjadi pada diri mereka, kamu dan dia.

Hari ini, besok atau seratus tahun lagi tak pernah ada yang tahu. Satu yang pasti, kematian akan datang, baik kita suka atau tidak, siap atau tidak, kapan pun dan di mana pun, tanpa peluang mengalami percepatan maupun penangguhan. Allah berfirman. “Tiap-tiap berjiwa akan merasakan mati. Dan kemudian hanya kepada Kamilah kamu akan dikembalikan.” (Al-Ankabut, [29] : 57).

Bagi mereka yang telah merangkai hidupnya dalam ketakwaan, setiap langkah tentulah dirasakannya sebagai langkah terakhir, sebagai salatnya sebagai terakhir, setiap ucapan adalah ucapan yang terakhir dan setiap kerja adalah kerjaan yang dilakoninya sepenuh keikhlasan, tertata dan terencana.

Maka, manakala kematian itu datang, diri sang mayit akan tersenyum dan keluarga yang ditinggalkan, tak mamilih duka berkepanjangan. Karena mereka ingat pada janji-Nya. “… di dalam surga ‘Adn itu mereka mendapatkan segala apa yang mereka kehendaki. Demikianlah Allah memberi balasan kapada orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh Para Malaikat dengan berkata: “Salaamun’alaikum, masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan.” (An-Nahl, [16] : 31-32).

Semoga kita termasuk orang-orang yang meniti hidup dengan baik, diwafatkan dengan baik dan ditempatkan kelak di tempat yang baik bersama orang-orang terbaik. Amin. ■