MARHABAN YA RAMADHAN

Oleh : Zaldy Munir

MARHABAN Ya Ramadhan. Puasa Ramadhan 1429 H tidak lama lagi tiba. Rutinitas tahunan ini semarak dengan motivasi keagamaan luar biasa. Puasa bagi umat Islam dijadikan sebagai media pendidikan untuk malatih diri menaham hawa nafsunya. Pelaksaan ibadah puasa mengandung nilai spritual dan moral yang tak terhingga.

Dr. Arafat el-Ahsi mengungkapkan nilai spritual dan moral, puasa dapat: Kesatu, mengajarkan manusia tentang prinsip cinta sejati; Kedua, membekali manusia dengan rasa harap yang kreatif dan pandangan yang optimis terhadap kehidupan; Ketiga, menumbuhkan kesadaran untuk waspada pada diri sendiri, sebab puasa bukan sesuatu yang dipertontonkan kepada orang lain atau untuk dipura-purakan; Keempat, mendidik manusia untuk bersabar dan tidak rakus (termasuk pada harta benda);

Kelima, menjadi pelajaran yang efektif tentang kesederhanaan dan pengendalian dorongan nafsu; Keeman, menciptakan jiwa yang bersih dan pikiran yang bening; Ketujuh, membuat manusia mampu menguasai seni dan mendewasakan diri, sebab puasa itu mengubah keseluruhan agenda kehidupan sehari-hari, mendorong untuk beradaptasi dalam kondisi siang dan malam selalu melakukan berbagai macam zikir; Kedelapan, menggerakkan rasa persaudaraan, persatuan, dan persamaan di hadapan hukum dan di hadapan Allah; Kesembilan, menjadi resep ilahiyah untuk mendapatkan ketentraman dan keselamatan hati (Majalah Mimbar Ulama, September 2006).

Marhaban Yaa Ramadhan. Bulan yang mulia dan penuh hikmah. Syi’ar agama begitu terasa selama bulan puasa, kesalehan individu dan kesalehan sosial terasa betul nuansanya. Indah dan sejuk. Hikmah puasa terasa sahdu. Bagi anak-anak dan remaja menjadikan bulan ini sebagai media yang tepat bagi pembentukan karekter keagamaan dan pemahaman kegamaan. Lembaga pendidikan menengah dan perguruan tinggi pun dijadikan bulan ini, bulan punuh hikmah. Pendidikan agama dan akhlak melalui pesantren Ramadhan menggeliat di banyak tempat. Bulan puasa menjadi media terbaik untuk membentuk manusia Indonesia insan kamil.

Menurut Dawam Rahardjo (1987) bahwa insan kamil adalah orang yang beriman dan keimanannya tercermin dalam totalitas pandangan dunianya dan menuntut pengembangan semua dimensi manusia yang mengambil bentuk dalam latihan-latihan fisik dan spritual. Selain itu, dengan keimanannya juga ia dapat mengembangkan kualitas pengembangan kebijaksaan, pengetahuan, dan kehendak manusia untuk mencapai masa depan sejahtera serta mengharuskannya mengembangkan temperamen-temperamen kemanusiaanya. Artinya puasa ini dijadikan sarana latihan bagi pembentukan insan yang menitikberatkan pada akhlak ilahiyah.

Potret manusia itu mampu memadukan tugasnya sebagai khalifah sekaligus hamba Allah. Sebagai khalifah tentu memiliki keimanan dan keilmuan sebagai kunci pembuka sesuksesan hidup di muka bumi. Sedangkan sebagai hamba Allah selalu mengabdi kepada Allah dengan menjalankan segala perintah-perintah-Nya serta menjauhi segala larangan-Nya, bukan mengabdi kepada selain Allah. Sebagai khalifah dan hamba Allah tentu selalu meningkatkan kualitas iman, amal, dan ilmu untuk dapat memakmurkan dan mensejahterakan kehidupan di muka bumi. Dengan modal tersebut, tentu secara kreatif dan inovatif dapat melakukan berbagai aktivitas keduniaannya tanpa mengabaikan nila-nilai keislamannya. Dengan kualitas iman, amal, dan ilmu tersebut diharapkan tunduk dan taat kepada kekuasaan dan kekuatan Ilahi.

Marhaban Yaa Ramadhan. Bulan yang mulia dan penuh hikmah. Bulan ini, menjadi bulan pendidikan dan kejujuran. Nilai kejujuran ini menjadi tuntutan yang sangat berharga dalam kehidupan setiap anak manusia. Kejujuran ini harus tertanam dalam diri seseorang sejak usia dini, karena ini bagian dari mental manusianya. Sikap mental positif merupakan produk dari pikiran positif sebagai landasan awal menuju keberhasilan. Tanpa pengendalian hati nurani, pemikiran akan kehilangan kekuatan efektifitasnya. Wadah ini sebagai pengemblengan atau pelatihan mental. Ibadah puasa ini mendidik kita untuk selalu peduli dan prihatin bagi sesama manusia khususnya kaum yang lemah dan tak berdaya. Makna sosial dari pelaksanaan ibadah ini cukup signifikan agar saling tolong-menolong melalui infak, sedekah dan zakat.

Marhaban Yaa Ramadhan. Bulan yang mulia dan penuh hikmah. Kiranya, ruang dan waktu puasa Ramadhan lebih merekah pikiran dan perenungan, apa yang pantas dan apa yang tidak pantas diperbuat selama ini, karena pada umumnya pikiran-pikiran jernih selalu timbul dalam perjalanan hari-hari selama Ramadhan. Sering terjadi, hati yang tidak mudah tersapa selama ini, akan mudah disapa dengan mengakuan jernih dan membuahkan pertaubatan di sisi Allah SWT.

Melalui bulan Ramadhan ini dapat menumbuhkan kepekaan serta kesetiakawanan sosial. Kepekaan sosial ini muncul dari kebeningan hati nurani terhadap aspek kemanusiaan tanpa berpikir untung rugi serta plus minusnya. Semoga bulan puasa ini dapat kita laksanaan dengan sebaik-baiknya untuk meningkatkan taraf rohaniah yang tertinggi untuk mencapai derajat takwa. Allah berfirman dalam Alquran surat Al-Baqarah [2] : 183 ”Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” Amin. ■