INDONESIA DALAM JEBAKAN KAPITALIS GLOBAL

Oleh : Zaldy Munir

KAPITALISME bukanlah sebuah istilah yang asing lagi untuk didengar dan bahkan tidak ada keraguan sedikit pun, kalau kita kini hidup dalam era itu. Sebuah masa di mana peran pemodal begitu unggul dalam kehidupan ekonomi saat ini.

Rasio manusia, konon menuntut kemanangan atas kehidupan dunia. Kompetisi merupakan salah satu ciri khas dalam kehidupan manusia dewasa ini. Dan dalam derajat tertentu telah menjadikan manusia sebagai sosok makhluk yang berkedudukan sebagai “penakluk” kemudian seringkali melakukan penindasan, dan sebisanya pula dibungkus dengan maksud-maksud mulia, seperti pembebasan ataupun pencerahan.

Kapitalis telah membangun sekte-sekte yang rapih, dengan meletakkan fungsi dan kedudukan agama dalam wilayah yang sangat pribadi. Dalam nilai-nilai ekonomi lebih diunggulkan ketimbang nilai-nilai lainnya. Dan yang lebih menguntungkan bagi mereka adalah penguasaan bahan-bahan baku. Akan tetapi, pemerintah kita tidak sadar akan hal itu, tidak sadar bahwa negara kita ini sedang didikte oleh mereka.

Kapitalis merupakan salah satu bentuk imperalisme gaya baru yang bukan saja telah menguras habis kekayaan alam yang ada, tetapi membangun struktur sosial baru yang pada dasarnya berwatak penindasan. Sehingga dalam sistem kapitalis yang sudah maju bukan lagi negara, tetapi modal adalah segala-galanya. Walaupun kapitalis mengusung tema-tema demokrasi, tetapi wacana ini mustahil diterapkan dalam tatanan ekonomi yang timpang.

Demokrasi yang semboyan semua warga negara sama di hadapan hukum, dan liberalisme yang berteriak hak seseorang atas dirinya, menjadi sebuah tipuan masyarakat kapitalis. Dalam masyarakat kapitalis terdapat jutaan penduduk yang menjual tenaganya dengan harga murah pada minoritas orang yang memiliki modal, dan harus mengalami penderitaan jika tidak ketika dipecat dan lain sebagainya.

Hukum ternyata harus memilih mana yang harus dijatuhi hukuman berat dan mana yang harus dibebaskan berdasarkan kedudukan ekonomi mereka dan sudah pasti kemampuan mambayar vosnis. Dan seseorang harus menyerahkan diri kepada kapitalis ekonomi yang menindas.

Untuk itulah dalam kapitalis diciptakan sebuah tipuan baru yang bernama biokrasi, sebagaimana yang dikemukakan oleh Saint Simon. “Saatnya akan tiba di mana ‘seni’ memerintah manusia akan lenyap, berganti dengan ‘seni’ baru yang dinamakan seni administrasi.”

Organ kekuasaan mulai mencoba membikin aturan kedisiplinan agar akumulasi modal terus terjaga dan tidak terganggu. Memang tiap kekuasaan yang berwatak kapitalis akan selalu mensyaratkan berbagai bentuk perbudakan manusia. Kita berada seratus tahun di belakang negara maju. Dan kita harus mengejar ketinggalan ini dalam sepuluh tahun. Karena kita yang akan melakukan atau mereka yang menghancurkan kita.***