MENGAPA UMAT ISLAM MUNDUR? (suatu analisis dan solusi)

Oleh : Zaldy Munir

ISLAM sebuah agama yang mengandung berbagai konsep purna yang mengusung berbagai dimensi panduan laju kehidupan umat di dunia. Keunggulan yang terkandung pada tataran normatif–Alquran dan Hadits–telah menjadikan Islam menjadi sebuah metode baru yang karenanya telah meruntuhkan konsep-konsep kehidupan yang ada sebelumnya.

Tatanan sosial yang dicita-citakan Islam adalah sebuah tatanan yang berkeadilan dan tidak menghendaki adanya penindasan dan ketimpangan sosial. Segala kekayaan yang telah di karuniakan Allah SWT sesungguhnya untuk kemaslatan umat seluas-luasnya.

Namun pada tatanan aplikasi, sebagaian besar kaum yang tertindas dan miskin adalah umat Islam. Bukan hanya dikarenakan pola penghancuran yang diterapkan oleh masuh-musuh Islam, tetapi juga dikarenakan umat Islam itu sendiri yang tidak menerapkan secara total ajaran yang ada di dalam Islam itu sendiri.

Berbagai Potensi

Demikian Maha Pengasih Sang Khalik memberikan nikmat-Nya kepada kita, dan dituntut kesadaran umat untuk bersyukur dengan cara menginternalisasikan dan mengimplementasikan segala demensi ajaran Islam dalam tiap lini kehidupan sosial.

Namun pada kenyataanya, kekufuran menghiasi pola kehidupan bermasyarakat Islam dewasa ini sehingga krisis multidimensional yang terjadi selama ini tidak lain adalah akibat ulah manusia itu sendiri. Individualisme, saling mengeksploitasi, dan kekuranganya kepekaan sosial disebagian umat Islam merupakan salah satu bentuk pengingkaran itu.

Selain hal tersebut, umat Islam dewasa ini cendrung lupa untuk memanfaatklan potensi yang ada. Malahan banyak kekeliruan-kekeliruan penerapan ajaran kepada hal-hal yang bersifat tidak subtansial.

Salah satu contoh umat Islam yang sangat ampuh untuk mengobati penyakit umat yang kronis saat ini dengan bersama-sama dengan merevitalisasikan fungsi masjid-masjid menjadi pusat mobilisasi kekuatan, baik kuantitas maupun kualitas.

Rasulullah menganjurkan salat wajib di masjid, bukan hanya dengan iming-iming pahala yang besar dari Allah, tetapi sebagai wahana konsolidasi umat untuk mengevaluasi, meng-konsep dan pemersatu dakwah secara berjamaah.

Di sinilah makna masjid sebagai rumah Allah, yaitu sebagai tempat berkumpulnya umat Islam dan merencanakan segala permasalahan umat dan penegakan agama Allah SWT. Bukan sebagai tempat yang hanya sakral dan suci sebagai tempat beribadah. Akan tetapi, lebih dari itu. Sakral dan suci karena dari masjid-lah konsolidasi tegaknya ajaran Islam di bumi ini.

Kenyataan di lapangan, justru kebanyak masjid yang berdiri megah dan membutuhkan biaya banyak untuk pembangunan, tetapi sepi dari konsolidasi gerakan umat. Masjid hanya dijadikan tempat ritual tanpa adanya nilai-nilai sosial yang membangun tatanan masyarakat yang adil dan makmur. Ini merupakan salah satu bentuk kekufuran berjamaah yang dilakukan umat Islam.

Selain itu, umat Islam dewasa ini terbuai dengan kejayaan masa lalu, di mana pada masa itu, Islam banyak menelurkan tokoh-tokoh umat dengan penemuan-penemuan spektakuler dan bermanfaat. Sehingga kerena buaian tersebut, kini kejayaan di berbagai sektor kehidupan dikuasai oleh non-muslim.

Islam saat ini hanya memiliki keunggulan secara normatif belaka, tanpa keunggulan implementatif. Dan wajar jika kehancuran tatanan masyarakat saat ini, seperti ketimpangan sosial yang terjadi di mana-mana, korupsi yang dilakukan oleh pejabat Islam, sehingga ini menjadi aib bagi umat Islam itu sendiri.

Para musuh-musuh Islam melakukan berbagai upaya, sehingga umat Islam lupa akan potensinya. Mereka melihat Islam sebagai tatanan politik yang sangat berbahaya, dan dapat menghancurkan misi-misi keserakahan mereka. Akhirnya salah satu cara mereka adalah dengan melakukan propaganda-propaganda yang mengatasnamakan kemanusiaan–demokrasi, hak asasi manusia, dan lain sebagainya–sebagai sarana mereka masuk ke dalam pusat-pusat strategis umat Islam.

Pemerintah merupakan tempat yang empuk untuk mereka dalam memasukkan paham-paham mereka. Kita lihat di Indonesia, bagaimana intensifnya para tokoh-tokoh kapitalis global melakukan doktrin mereka kepada pemerintah. Sehingga banyak kebijakan-kebijakan pemerintah yang pro-kapitalisme cendrung menguntungkan sekelompok elite, dan memperlebar kesenjangan sosial rakyat.

Sangat wajar jika negara ini menajdi sasaran utama mereka dalam menerapkan doktrinisasi, mengingat sumber daya alam yang ada di negara ini melimpah ruah, ditambah lagi mental rakyatnya yang cendrung manja, hedonis, dan terjajah. Sehingga pada tiap lapis kehidupan sosial kemasyarakatan dan sosio-politik negara ini sudah terjangkit ketergantungan yang sangat kronis kepada paham-paham yang bertentantgan dengan nilai Islam.

Rakyat mejadi bulan-bulanan tragedi itu tanpa bisa berharap banyak kepada siapa pun untuk menyelamatkan diri. Dan tak jarang untuk menyelamatkan hidup, rakyat melakukan hal-hal yang melanggar. Apakah kita sebagai umat yang besar dan memiliki panduan hidup langsung dari Allah SWT dan potensi yang luar biasa akan terus menelan penjajahan yang terkutuk ini?

Sudah saatnya di tengah kondisi keumatan saat ini, terutama di Indonesia yang mayorotas beragama Islam, memanfaatkan segala potensi, mulai dari masjid, hingga pemerintahnya agar segera mengimplementasikan nilai-nilai Islam dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Negara tidak lagi dijerumuskan ke dalam lubang pecundang yang mengemis-mengemis kepada negara dan bangsa lain, serta tidak menjadi bulan-bulanan penjajahan akhlak, politik, dan sebagainya. Agar kekayaan seperti dijanjikan oleh Allah SWT benar-benar milik umat Islam. Sehingga dapat membuat tatanan kemasyarakatan yang tamaddun serta bebas dari penindasan dan ketimpangan sosial.***