GERAKAN SOSIAL MUSLIM (Dalam Gerakan dan Dakwah Islam di Indonesia)

Oleh : Zaldy Munir

                        

SETELAH sedemikian lama bergerak di bawah permukaan, Islamisasi politik kembali muncul pada momen yang sangat tepat, fase transisi demokrasi di Indonesia. Islam politik massa orde Baru, aktivisme Islam politik mengalami proses marjinalisasi dan politik ekslusi. Islam politik saat ini digerakkan oleh semangat dakwah yang menjadi penanda baru bagi kemunculan Islam politik. Lahirnya partai-partai Islam baru dan menculnya peraturan-peraturan dibeberapa daerah yang berbasiskan syari’ah Islam juga menandakan bahwa bagaimana besarnya pengendapan yang pernah terjadi di massa lalu.

 

Kebangkitan dalam konteks kemunculan Islam politik di Indonesia saat ini, sama artinya dengan proses kemunculan kembali wacana berbasis religio-pilitik yang telah lama terbungkam oleh gelombang besar sekularisasi dan meodernisasi yang mengansumsikan pembatasan ruang bagi agama. Di tengah pluralitas ekspresi wacana Islamisasi di Indonesia mereka bangkit untuk merealisasikan suatu tujuan politis: menegakkan syari’at Islam dan menciptakan masyarakat islami di Indonesia.

 

Penulis menggunakan istilah Islamisme untuk menunjukan individu maupun kelompok yang menempatkan identitas ke-Islamannya sebagai sentrum dalam berbagai aktivitas politik mereka. Basis politik identitas yang mereka perjuangkan, mendapat referensi dari penafsiran mereka terhadap kehidupan umat Islam. Tulisan ini tidak menggunakan berbagai definisi mengenai kebangkitan Islam politik saat ini, seperti Islam fundamentalis, Islam radikal mengingat begitu kuatnya stigma negatif yang melekat dalam istilah tersebut.

 

Terminologi Islamisme yang dimaksud merupakan terminologi yang tepat untuk menjelaskan fenomena kekuatan Islam yang bangkit akhir-akhir ini. Di mana mereka sama-sama memiliki tujuan yang sifatnya politis untuk membentuk tatanan sosial dan politik berbasis ajaran, nilai-nilai maupun norma Islam yang dapat dipersatukan oleh “common platfrom” pemberlakuan syari”at Islam dalam kehidupan publik.

 

Hubungan Antara Islam dan Politik

Sebelum penulis menguraikan lebih jauh dinamika gerakan dakwah Islamisme di Indonesia saat ini adalah penting untuk memahami lintas perjalanan diskursus Islamisme secara umum. Pemahaman terhadap perkembangan ideologi islami ini menjadi penting agar kita tidak terjebak dalam pandangan essensialisme yang melihat wacana Islamisme sebagai wacana yang statis. Pemahaman secara hati-hati terhadap pekembangan wacana Islamisme ini akan menunjukan pada kelenturan wacana Islamisme untuk beriteraksi dan berhibridasi dengan perkembangan-perkembangan politik baru. Maka terlebih dahulu bagian ini menguraikan bagaimana diskursus Islamisme mendefinisikan hubungan antara Islam dan politik.

 

Seperti halnya diskursus politik liberalis mau pun sosialisme, Islamisme memiliki berbagai variasi dan artikulasi. Islamisme merupakan diskursus yang menempatkan Islam sebagai pusat dalam tatanan politik. Pemahaman terhadap relasi antara kaum Islamis dengan diskursus Islamisme dapat dilihat dari bagaimana kalangan Islamis mentaransformasikan Islam menjadi narasi utama dalam ruang politi sehari-hari. Slogan yang dikumandangkan bahwa Islam sebagai solusi merupakan upaya dari kalangan Islamis membangun hegomoni dalam diskursus diruang politik dengan menempatkan Islam sebagai acuan utama tempat bagi rujukan dari setiap diskursus yang ada.

 

Menurut Sayyid, upaya kaum Islamis untuk memperjuangkan Islam sebagai pusat rujukan dalam ruang publik bergerak dalam tiga ranah, yaitu pada ranah Islam sebagai ad-din (keyakinan), Islam sebagai ad-dunya (jalan hidup), dan Islam sebagai ad-dawla (tatanan politik). Setiap proyek Islamis berusaha untuk menempatkan Islam sebagai penenda utama (master signifier) pada tiga ranah tersebut. Sehingga dalam konteks pemaknaan Islam terdapat berbagai spektrum yang beragam dalam upaya kaum Islamis untuk menempatkan Islam sebagai penenda utama. Artikulasi perjuangan politik Islamisme ini, memiliki spectrum yang beragam. Jalur yang dapat ditempuh oleh kaum Islamis ini tersebar mulai dari upaya penaklukan negara melalui jalur revolusi maupun melalui pembentukan hegemoni moral dan intelektual untuk mempengaruhi wilayah civil society.

 

Komitmen terhadap penempatan Islam sebagai pusat dari artikulasi politik ini merupakan inti utama dari wacana Islamisme. Gerakan Islamisme berusaha memformulasikan Islam sebagai suatu ideologi politik. Konstruksi pengetahuan Islamis mendefinisikan masyarakat Islam tidak hanya berarti kumpulan orang beriman, namun lebih dari itu adalah suatu tatanan masyarakat yang mendefinisikan melalui sifat kekuasaan politiknya. Masyarakat Islam dalam konstruksi pengetahuan Islamis merefleksikan kesatuan komunitas beriman di bawah keesaah Tuhan, wacana Islamisme berusaha untuk memahami kompleksitas kehidupan masyarakat untuk dikembalikan dalam ketundukan terhadap paradigma keesaan Tuhan.■