BANJIR OHH… BANJIR

Oleh : Zaldy Munir

SUDAH beberapa minggu belakangan ini, kita tidak dapat memprediksikan keadaan cuaca. Saat pagi hari cuaca terlihat cerah, dalam tempo 1 jam saja, cuaca berubah mendung, gelap, semakin gelap, dan akhirnya turun hujan lebat yang disertai kilat yang bersambung dengan gemuruh halilintar, bak gempa yang beruntun. Angin bertuip kencang menderu-deru, membuat dahan-dahan bergoyang ngebor dan menimbulkan gemerisik ketika daun-daun bergesekan. Hanya derai air di atap rumah, di daun-daun, di jalanan, dan di solokan sampah bertumpah ruah berlarian kemana-mana, berwarna gelap dan beraroma bau.

Hujan. Yaa… turunnya hujan lebat sering kali membuat kota ini terendam atau bahkan banjir. Banjir yang terkadang membuat aktivitas kota ini lumpuh. Lumpuh karena terendam banjir. Bukankah banjir yang terjadi di kota ini diakibatkan oleh tangan-tangan manusia itu sendiri. Contohnya, banjir yang diakibatkan oleh banyak berdirinya arpatemen, gedung-gedung yang menjulang tinggi, penebangan hutan secara liar, sehingga hujan deras tidak bisa diserap bumi dan akhirnya membentuk aliran-aliran air yang besar yang meluluhlantakkan sebuah desa atau pun kota.

Persoalan banjir yang melanda kota ini dan wilayah sekitarnya menjadi penting dan menarik untuk dicermati mengingat kedudukan kota ini merupakan ibu kota negara. Apa yang diperbuat kota ini, terkait dengan penerapan berbagai kebijakan yang dibuatnya sering kali dijadikan barometer banyak kota lainnya di negara ini.

Karena itu menjadi suatu ironi jika ibu kota negara ini ternyata tidak berdaya menghadapi datangnya musibah banjir. Kota ini seolah pasrah untuk tenggelam menyambut bencana ini. Tidak ada arah kebijakan yang jelas terkait dengan upaya pencegahan bencana banjir, meskipun rentang waktu yang ada sesungguhnya lebih dari cukup tersedia.

Pemerintah seharusnya gelisah dengan keadaan ini. Para politisi seharusnya sadar, bahwa kekuasaan yang ada pada mereka, seharusnya bisa membuat rakyat tidak dibikin pusing oleh banjir. Sebab, kalau bukan mereka-mereka itu, siapa lagi yang akan memikirkan kondisi rakyat? Karena di tangan merekalah segala kebijakan yang dihasilkan dan akibatnya pasti pada rakyat. Merekalah pemegang kekuasaan yang akan menghitam putihkan bangsa ini.***